Rabu, 23 Desember 2009

PAPUA DALAM POLA PENDIDIKAN LIAR

Pendidikan yang ada di Papua adalah pola pendidikan liar. Orang Papua Sejak masih kanak-knak mereka sudah ditolak dirumahnya. Penolakan ini membuat anak-anak hidup mandiri tanpa ber-ayah bahkan bisa saja jadi tidak ber-ibu juga. Kondisi ini menciptakan anak-anak hidup mandiri. Dalam kemandirian yang tidak kokoh, Mereka menemukan orang-orang yang bisa mereka bersandar atau lebih kasarnya berparasit.


Anak-anak tersebut melalui pergaulan itulah menemukan gaya dan cara bagaimana mereka pertahankan hidup bahkan menemukan jati diri mereka. Kerap kali dipanggil dengan gelar anak-anak aibon, peminum, pencuri, pemulung, perokok. Kehidupan sehari-harinya hanya jalan-jalan dalam dunia bebas yang tidak terarah. Secara dramatistik mereka sudah terkontaminasi dengan pola dan gaya hidup liar. Pada hal umur-umur seperti itu adalah umur untuk mereka bersekolah dibawah kasih sayang dan asuhan orang tua mereka.

Bagi beberapa anak yang masih hidup bersama keluarga maupun yang numpang, tidak pernah juga ada perhatian khusus dari orang tua. Mereka dibiarkan begitu saja. Anak-anak mengalami proses pembiaran, sekalipun mereka harus hidup di rumah orang tua atau di rumah sanak saudaranya sekalipun.

Senin, 02 Maret 2009

Perann Yang Terhilang, Potensipun TerhilanHILANGLAH GENERASI BERBUDAYA

Bila menyimak apa yang terjadi diatas muka bumi ini, maka manusia silih berganti datang dan pergi diundang oleh cinta tetapi juga mereka adalah manusia-mnusia yang memang sudah direncanakan pencipta untuk menghuni dan menguasai bumi. Manusia yang selalu terlahir sudah dikaruniai suatu potensi masing-masing. Hal itu dapat dilihat dari berbagai macam potensi yang ada dan dimiliki manusia di atas muka bumi melalui beragam karya-karya ciptanya yang tersebar.

Pengarunian potensi manusia oleh Sang khalik harus menjadi perhatian utama. Yang baru terlahir harus menjadi perhatian bagi yang lahir terdahulu. Disinilah peran orang tua memainkan peranan dan fungsi orang tuanya sebelum maupun sesudah anak itu bersekolah. Tugas orang tua tidak semata hanya membesarkan tetapi bagaimana mendidik anak memperlihatkan potensi yang dimilikinya lalu bagaimana cara mengembangkannya. Karena pendidikan yang ada di rumah adalah pendidikan yang paling dasar dan fundamental untuk pembentukan otak maupun mental karakternya. Tetapi faktanya sangat disayangkan peranan orang tua di Papua tidak semaksimal berperan dalam mendidik anak-anak mereka untuk dipersiapkan menjadi anak yang hebat dan pintar. Hal ini diakibatkan oleh paling termiskinnya pendidikan orang tua di Papua sehingga mengalami kesulitan mendidik anak-anaknya secara maksimal.

Kurang adanya peranan, dukungan dan perhatian dari orang-orang yang berkompoten dalam mempersiapkan generasi muda yang berkompotensi ini maka kemudian dengan sendirinya tercipta proses pembiaran tanpa disengaja maupun disengaja akibat ketidaktauan dan kebodahan mengakibatkan penemuan jati diri anak terlantar ini kearah yang negatif. Karena terbiarkan dan terabaikannya maka matilah potensi mereka karena pergaulan mereka yang diisi dengan kenakalan, obat-obatan terlarang dan minuman-minuman keras yang ada di Papua, yang merajarela baik karena sistem yamg mengatur, kelompok, maupun karena tidak adanya pembentukan oleh pendidikan yang memadai di rumah.

Begitupun juga kurangnya pendidik-pendidik yang sesuai bidangnya masing-masing disekolah-sekolah yang ada di Papua membuat anak-anak tidak menemukan diri mereka disana. Yang ada hanya pendidikan yang bersifat copy paste, bukan pendidikan yang dikembangkan berdasarkan dan dilatarbelakangi kapabilitas atau suatu kecakapan yang dimiliki seseorang yang harus dididik. Disinilah peran Dinas Pendidikan memainkan perannya untuk melihat dan menempatkan guru-guru yang tepat pada tempat yang tepat. Dan mencari tenaga guru-guru dan menyekolahkan guru-guru yang bidangnya belum ada. Dengan demikian maka materi yang tepat akan tersalur dan tersampaikan pada orang atau siswa didik yang tepat sehingga terangkullah potensi yang dimilikinya, bila peranan ini dijalankan maka tidak akan terjadi lost potention yang akhirnya bermuara pada lost people dan lost culture seperti yang sedang terjadi di Papua.

Bagaimana dinas mempersiapkan guru seni budaya, padahal Papua yang kental dengan seni dan budayaanya, namun tidak ada materi seni budaya yang dapat diajarkan disekolah-sekolah. Di setiap sekolah tidak ada guru-guru yang berkompoten untuk mengajarkan seni budaya sehingga mengalami kekosongan guru-guru tersebut, padahal dalam kurikulum KTSP 2006 mengatur bahwa guru Seni Budaya harus ada mata pelajaran seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Berarti disetiap sekolah guru pengajar seni itu seharusnya ada empat orang guru yang mengajar dengan bidangnya masing-masing.

Melihat fakta di lapangan tidak ada satu orang guru seni budaya di Nabire bahkan di Papua maupun Indonesia secara menyeluruh agak sulit ditemukannya. Setiap program yang selalu dikeluarkan pemerintah terlihat bahwa itu hanya formalitas tanpa mempersiapkan tenaga-tenaganya yang akan bekerja di lapangan. Padahal devisa yang dihasilkan negara melalui seni budaya dan pariwisata adalah urutan kedua setelah Minyak.
Perhatian terhadap seni budaya yang memberi sumbangsi besar bagi bangsa menjadi terabaikan dan terluput dari perhatian. Hanya dijadikan sapi perahan yang hasilnya di ambil atau lebih tepat lagi habis manis sepak dibuang tanpa perhatian khusus. Inilah mental bangsa kita yang mengabaikan hasil seni budaya dan produk-produk dalam negri yang lebih bersifat konsumtif.

Sistem Rekrutmen CPNS

Yang harus menjadi topik pertanyaan adalah apakah perekrutan CPNS formasi 2008 ini, sesuai dengan kebutuhan atau asal nutupi hutan formasi 2008 agar secara formalitas sudah pernah dilakukan. Dan apakah ada kerjasama antara dinas-dinas terkait lainnya untuk memintah keterangan akan kebutuhan data pegawai yang harus dibutuhkan dilapangan sehingga data itu bisa diformasikan dalam pengangkatan ini. Dari apa yang sudah diformasikan pada formasi 2008 yang sedang diadakan 2009 ini, jelas terlihat bahwa tidak ada koordinasi antara dinas BKD dengan dinas lain yang membutuhkan tenaga kerja.

Formasi tidak berdasarkan kebutuhan lapangan karena kebutuhan daerah lebih dari yang diformasikan. Dapat disimak bahwa di lapangan banyak sekolah yang haus akan hadirnya guru-guru bidang studi seni budaya, komputer, olahraga, matematika, fisika, kimiah dan masih banyak lagi kebutuhan pegawai di kantor-kantor yang lainnya. Karena yang mengisi bidang-bidang tersebut diatas adalah guru yang bukan di bidang studi tersebut. Cobalah sebelum perekrutan dan memformasikan ada bentuk sosialisasi dengan dinas-dinas lalu dari dinas disampaika kepada kepala-kepala sekolah dan kantor dibawahnya sehingga perekrutan ini bisa mengisi tempat dan posisi yang masih kosong tersebut.

Kekosongan sesuai bidang-bidang di atas terjadi bukan karena memang tidak adanya orang-orang tersebut tetapi sistem perekrutan yang tidak pernah sesuai dengan sistem dan aturan. Karena anak-anak muda asli Papua lulusan dari luar pulau maupun lulusan Papua sendiri yang sedang jobless atau menganggur sangat banyak. Mereka diterlantarkan oleh sistem perekrutan yang tidak benar dan tidak pernah berpihak pada orang asli Papua. Orang Papua hanyalah sampah berharga yang terlantar dan terabaikan yang sedang mati perlahan-lahan secara bertumpuk-tumpuk di negrinya selain kekayaan mereka yang sedang dirampas. Selain itu perekrutan yang tidak memihak pada orang papua dengan memberikan prioritas dari sekian presentase yang direkrut menjadi CPNS.

Maka kami berharap semoga tidak ada permainan kotor yang merugikan banyak pihak demi kepentingan sesaat dan kepentingan segelincir orang yang membuat matinya orang-orang berpotensi. Berikan kesempatan bagi orangyang berkapabilitas untuk merealisasikan potensinya di lapangan sesuai bidang mereka. Harapan banyak orang akan keadilan, mendapatkan kesempatan yang sama, perlakuan yang adil bisa terwujud pada formasi 2008 ini. Salam.

ellya alexander tebay
Penulis adalah pemerhati dinamika kehidupan seni, sosial budaya dan pariwisata.

Minggu, 01 Maret 2009

PORNOGRAPY, Apakah Dilahirkan atau Diciptakan?

Haaaaaaa.....porno atau pornogrphy? wa gelih ku mendengarnya. Tapi ini sangat berbahaya bagi generasi kita maka dengan serius harus ditanggapi dan dibicarakan. karena pornography itu sebuah produk bukan sesuatu yang dilahirkan lalu sejak lahir itu pula dibiarkan untuk berkembang biak dan meperanakannya lagi.

Bila mengingat kembali penciptaan awal, Tuhan menciptakan Adam dan Hawa sebagai manusia pertama, diceritakan mereka bukan telanjang atau penjunjung porno alias pornography tetapi mereka kedapatan telanjang di taman yang indah bernama Firdaus, itu pun buah pikir setan yang berkamuflase jadi ular dengan menawarkan pohon pengetahuan kehidupan yang buahnya boleh dimakan dan tidak. Setelah mereka makan buah itu maka saat itulah manusia itu jatuh tertipu dan jatuh dalam dosa.

Karena ketakutan maka akhirnya kedua manusia awal itu bersembunyi dibalik semak ketika Tuhan memanggil mereka. Disaat pencipta mereka memanggil, kedua manusian awal itu diam saja karena malu didapati telanjang oleh pencipta mereka. Akhirnya mereka salahkan setan yang berkamuflase menjadi ular yang mengoda itu dan selanjutnya mereka saling tuduh menuduh dan saling mempersalahkan satu dengan yang lainnya.

Maka tidak salah apabila setiap produk hukum yang dibuat hanya untuk saling mempersalahkan satu dengan yang lainya. Bahkan juga untuk menghukum, mendiskriminasi sampai akhirnya mengisolasikan manusia lain. Dan melalui hokum pornografi menggangap manusia lain itu tidak beradap. Itulah salah satu kamuflase bisa berbahaya dari ular tersebut yang menjelama pada jaman yang katanya beradab ini.

Jadi apakah porno atau pornography itu diajarkan, diwariskan dan diturunkan? Atau apakah Tuhan menciptakan manusia itu bersama ketelanjangan sebagai keindahan yang harus dipamerkan dan ditontongkan sebagai satu bentuk karya?. Pencipta alam semesta dan manusia tidak pernah menciptakan manusia itu telanjang bahkan orang tua mana sih yang akan membiarkan anak hidup dalam ketelanjangan?. Ketelanjangan adalah buahian dari keinginan, keserakaan dan hawa nafsu kedagingan.

Mari kita berkarya dengan cara yang benar karena keindahan tidak hanya bersembunyi didalam alat kelamin yang di tunjukkan melalui karya-karya itu . keindahan yang terletak dialam semesta ini sangat luas dan banyak. mari kita berkarya berdasarkan nilai-nilai estetis yang dikoridor dan diilhami dengan nilai moral, etika dan kebenaran.

Masalah orang Bali dan Papua yang telanjang itu bukan produk tetapi karena keadaan jaman dahulu. buktinya orang Bali sekarang bukan telanjang lagi tetapi semua berpakaian. Tetapi lain hal lagi dengan keberadaan ketelanjangan orang Papua sekarang adalah sebuah produk Indonesia atas ketidak seriusan membangun Papua yang mana bukan hanya manusia Papua yang telanjang tetapi semua lini kehidupan orang Papua adalah dibuat telanjang oleh sistem Indonesia.

Maka manusia bisa menjadikan semua yang telah terjadi itu sebagai redaman pengalaman estetik maupun nonestetik. Maka setiap orang khususnya pribadi saya tidak akan berkamuflase menjadi apapun dan menjadi siapapun untuk menciptakan karya seni sebagai pencipta karya seni rupa. Karena siapun yang berkamuflase menjadi ular berlida cabang itu, pasti manusia yang licik yang menjatuhan derajat manusia lainnya. Dan merenggut hak-hak privasi kaum yang termarginalkan oleh suatu aturan ataupun produk-produk hukum yang belakangan ini marak.

ellya alexander tebay

Penulis adalah pemerhati dinamika kehidupan seni, sosial budaya dan pariwisata.


Selasa, 13 Januari 2009

Salomina, Perjuangan Putri Papua Meniti Pendidikan


Liputan6.com, Wamena: Cita-cita perjuangan para pemuda dulu untuk meraih hidup yang lebih baik belum sepenuhnya terwujud. Ini terutama dirasakan masyarakat di daerah tertinggal seperti di Papua. Di mana anak-anak sekolah harus berjuang keras bahkan untuk mendapatkan pendidikan.

Adalah Salomina. Siswa kelas tiga SMA Negeri 1 Asologaima, Wamena, Papua ini harus menyusuri sungai dengan sepotong kayu untuk ke sekolah. Butuh waktu dua jam untuk sampai ke sekolahnya. Dia selalu pergi ke sekolah pukul 04.00 WIT. Hujan dan banjir tak menghalanginya sekolah.

Sungai baru satu masalah. SMA Negeri 1 Asologaima pun minim guru. Belajar di rumah juga terkendala. Desa tempat Salomina tinggal belum ada listrik sama sekali. Jadilah Salo belajar hanya dengan bantuan pelita. Namun Salomina masih menyimpan cita-cita. Ia ingin kuliah dan menjadi dokter. Cita-cita yang juga menjadi keinginan ayah Salomina, salah satu kepala suku di kampung mereka.

Inilah potret perjuangan di abad milenium. Di tengah hiruk pikuk Hari Kebangkitan Nasional di Ibu Kota, nun jauh di pelosok sana, semangat kebangkitan itu melekat dalam keseharian. Tekad dan doa telah menjadi bekal menuju masa depan.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)


Kamis, 08 Januari 2009

Bantuan Langsung Tunai BBM

(Dana Kompensasi dan Implikasi Kompleks Atas Kebijakan pemerintah menaikan Tarif BBM Bersubsidi)

Satu lagi peluruh isu dibuang ke masyarakat kita yang tidak tahu-menahu oleh pembesar dan penguasa negri ini untuk menguji dan mengasah sejauh mana kuasa dan kekuatan ampuh mereka. Isu kenaikan BBM menjadi berita paling hangat beberapa hari terakhir ini. Sebagian besar kuatir karena ini akan memicu kenaikan harga barang dagangan lainnya bahkan malah hanya sebatas isu saja barang-barang sudah naik. Orang menyikapinya dengan berbagai tanggapan. Karena akibat dari kenaikan BBM merekalah yang akan merasakannya bukan kaum pemgambil kebijakan itu.

Dari kalangan mahasiswa dan pemuda diberbagai tempat yang ada di Indonesia, mereka berdemo menolak kenaikan BBM. Karena dampak kenaikan BBM akan terusik dan terpuruk pada roda perekonomian rakyat kecil. Mereka menjadi korban ketergantungan terhadap Negara padahal selama hidup mereka Negara tidak pernah menjamin sepenuhnya untuk memenuhi setiap kebutuhan kehidupan masyarakat. Namun ketergantung Negara Indonesian kepada Negara kapitalis membuat masyarakatpun ikut menderita.

Dana kompensasi hanyalah menyelubungi tirai dibalik isu kelaparan, gempa, wabah dan lainnya yang selalu dan sudah terbiasa di negri ini untuk dijadikan proyek. Maka sudah jelaslah kesempatan bantuan ini akan dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk memperkaya diri. Maka muncullah orang kaya-kaya baru. Yang pasti kaya seperti apa tidak tahu, tetapi kaya diatas penderitaan rakyat kecil yang ekonominya lemah.
Bantuan itu pemerintah daerah tidak pernah menyalurkan langsung ke masyarakat yang membutuhkan. Ini hanyalah sebuah proyek pemerintah untuk memperkaya diri mereka sendiri. Karena tidak pernah tersalur pada sasaran masyarakat yang membutuhkan. Yang sering antri adalah orang-orang yang pakai motor tiger, mobil mewah saja lebih banyak untuk mendapatkan dana kompensasi itu. Masyarakat kecil antri sampai banyak yang pingsang dan mati. Padahal yang antri itu bukan yang layak mendapatkan maka korban adalah masyarakat kecil.

Dana kompensasi yang bersifat Bantuan Langsung Tunai (BLT) ini Negara harus mendata secara akurat dan jelas agar penyaluran juga tepat sasaran. Dan seharusnya diberikan sesuai keahlian sehingga mereka memanfaatkan potensinya. Biar BLT menjadi modal untuk mengembangkan usaha masyarakat bukan bantuan hanya kasuistik dan bersifat proyek yang sebentar dapat hilang dalam sekejap tanpa jejak. Tetapi mesti tujuannya adalah untuk membangun ekonomi rakyat. Tidak membuat masyarakat kecik kaget dengan uang-uang kaget tersebuat.

Atau bantuan tersebut jangan bersifat seperti salah satu acara kuis di TV “kenah deh…”, bagi yang mendapatkan adalah yang bisa menjawab pertanyaan kuis tersebut tanpa pandang siapa dia dan dia adalah orang beruntung yang seolah nasibnya mujur. Tetapi sekalipun dia itu masyarakat kecil yang tidak mampu menjawab kuis tersebut maka ia tidak mendapatkan bantuan berupa uang Rp. 100.000 yang kalau bisa menjawab satu-dua pertanyaan itu. Masyarakat yang tidak mampu diajak kompetisi dengan orang berduit dalam mengambil uang kaget, bagi siapa yang jago akan mendapatkan itu.
Masyarakat kecil selama ini banyak yang depresi, sakit bahkan sakit jiwa sehinga masuk ke rumah sakit jiwa dimana ongkos yang akan mereka keluarkan selama perawatan lebih banyak ketimbang dana kompensasi BBM yang didapatkan bahkan malah mungkin tidak mendapatkannya. Berhentilah membantai dan mengorbankan rakyat kecil dengan berbagai cara demi meloloskan suatu kepentingan, karena nyawa mereka lebih berharga ketimbang sebuah kepentingan itu. Loloskanlah nyawa mereka, jangan mengorok dan menjepit oleh kepentingan yang tidak kekal itu.

Kalau pemerintah Indonesia memang benar berniat membantu kebutuhan rakyatnya, maka semestinya memperdayakan atau memperkerjakan masyarakat melalui koperasi RT, RW, atau Desa. Sehingga dapat menumbuhkan ekonomi rakyat melalui Perikanan, kehutanan, perkebunan juga melalui kerja bersama bukan perorangan, seperti koperasi, kelompok tani sehingga semua orang bisa kerja dan tidak ada yang menggangur. Dengan demikian pemanfaatan dana tersebut jelas sehingga tersentuhlah sesuai dengan kebutuhan ekonomi dan harapan masyarakat.

Tidak ada pemahaman bahwa BLT ini bukan bantuan permanent, tetapi menetralkan kondisi kenaikan BBM saja. Maka pemerintah harus memberikan pemahaman melalui sosialisasi yang jelas agar masyakat memahaminya. Bahkan kalau bisa sejauh sebelum dana itu dibagikan, masyarakat yang layak mendapatkan sudah semestinya didata dan dibagikan sesuai data. Sehingga dengan dana itu masyarakat siap menyambut kenaikan itu, sekalipun itu solusi yang bukan tepat untuk memberikan subsidi kepada masyarakat dengan kebijakan-kebijakan sepihak itu.

Data yang masih dipakai pemerintah adalah data tahun 2005, yaitu data yang sudah expired. BPS tidak menyediakan data yang jelas akan keadaan penduduk berkategori miskin. Kalau BPS di Indonesia tidak berfungsi maka lebih layaknya BPS dibubarkan saja. Karena menunjukkan kinerja yang tidak jelas dan tidak pernah memberikan data yang akurat dan uptodate. Malah pemerintah masih juga memakai data lama yang pastinya tidak akurat akibat PHK, krisis juga berbagai mobilitas penduduk yang selalu berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya yang membuat masyarakat miskin semakin bertambah.

Dana lebih banyak habis untuk membayar gaji pegawai BPS diseluruh Indonesia tanpa kerja nyata maka perlu dibubarkab saja. Karena data bisa diambil lewat RT, kepala distrik, Kelurahan. Karena merekalah yang lebih dekat dan tahu tentang data keadaan kelompok-kelompok masyarakat di wilayahnya.

Dinamika setiap perubahan ekonomi Indonesia sudah jelas bukan datangnya dari dalam negri tetapi tergantung dan dikendalikan oleh Negara kapitalis maka pemerintah jangan menutupi kenyataan ini. Perubahan-perubahan ekonomi seiring kenaikan BBM sudah berdampak pada segala sendi perekonamian rakyat. Kenaikan kurs mata uang dollar pun sering berdampak demikian pada perekonomian. Maka kalau bisa pemerintah harus membiayai hidup rakyat Indonesia sesuai dengan kebutuhan mereka berdasarkan data RW, RT, Kepala desa setempat karena mereka yang tahu mana kategori miskin menengah, dan yang kaya. Sehingga itu menjadi salah satu modal dan tumpuhan mereka untuk menjalankan usaha kecil dalam perintisannya.

Bantuan seperti ini membuat masyarakat miskin resah dan bodoh. Kepintaran para pejabat hanya jalan mulus memanfaatkan kebobrokan mental mereka untuk membuat Kalau bantuan bersifat kasuistik seperti ini masyrakat malas dan tidak berdaya sekaligus tidak memperdayakan potensi masyarakatnya. Tetapi itu suatu jalan memamfaatkan potensi penguasa negri ini untuk memasang jerat dan menjaring kekayaan rakyat melalui korupsi dan berbagai cara-cara manipulasinya. Karena sudah jelas tidak ada data, sosialisasi yang jelas memungkin ini adalah proyek terselubung.

Implikasi pembodohan

Di Papua misalnya dana seratus juta perkepala kampung apa yang mereka buat. Kelihatannya tidak ada hasil yang kelihatan. Pemerintah hanya selalu memberikan umpannya saja bukan kail yang mereka akan pergunakan untuk memanfaatkan, mengolah dengan kerja mereka untuk menghasilkan sesuatu yang akan mereka menikmati buahnya.
Cara-cara dari implementasi program ala Indonesia adalah tidak mendidik masyarakat sama sekali. maka perlu adanya data dan kerja nyata yang bisa diwujudkan di masyarakat sehingga hasilnya dapat dipetik dan dinikmati terus-menerus kalau boleh pemerinta harus menanam benih yang dapat bertumbuh menjadi pohon lalu buah selalu bisa di petik pada saat musimnya bukan hanya diberikan buahnya saja umtuk dimakan lalu habis dan lapar lagi.

Pemerintah daerah semestinya bisa memanfaatkan dana-dana seratus juta, pemekaran dan otonami untuk mengadakan praktek, worshop, pelatihan berbagai ketrampilan yang mendidik diberbagai aspek potensi untuk mengali dan mengembangkan potensi yang da disetiap pribadi masyarakat. Pemuda-pemuda yang putus sekolah, tidak sekolah dan yang menggangur bisa direkrut untuk dipersiapkan menjadi tulang punggung ekonami pribadi, keluarga dan masyarakat.
Sayangnya cara bantuan pemerintah Indonesia pada buntutnya adalah dengan pertimbangan agar masyarakat dimelaratkan. Bukannya mendidik malah menciptakan kebodohan dan kemalasan yang akhir juga berbuntut pada kemiskinan yang identik dengan penderitaan dan kemelaratan.

Kenapa tidak ada pendidikan gratis dan kesehatan gratis? Sudah jelaslah uraian diatas bahwa cara-cara itu hanyalah pembodohan maka tidak perlu masyarakat dididik menjadi pintar. Maka tidak perlu untuk mengemis pendidikan dan kesehatan gratis karena di dunia ini tidak ada yang gratis semua beli. Kalaupun dibuat pendidikan gratis, kesehatan gratis. Pasti badan pengawas yang dipilihpun hanya memainkan taktik pengontrolan dilapangan saja. Sekalipun kontrolnya jelas itu hanya jebakan untuk memasang jerat dengan mengetahui dengan jelas kondisi tersebut.
Jadi cara-cara di atas hanyalah untuk memunculkan masalah-masalah baru di masyarakat demi sebuah proyek pengalokasian dana untuk proyek. Jadi bagaimanapun juga rakyat hanya akan terjepit ditengah kepentingan dan bantuan tersebut, inilah yang harus dipahami semua pihak yang menjadi korban permainan elit politik. Tindakan-tindakan elitis beginilah yang terus-menerus Negara dirusak bukan siapa-siapa. Inilah bentuk-bentuk letak rongrongan terhadapa kemelaratan dan kemelut ekonomi Indonesia, bukan masalah separatis dan tuduhan lainnya.

Kenaikan BBM implikasi pada sector informal

Kenaikan BBM telah berimplikasi pada berbagai sector. Sector informal misalnya, seperti rumah tangga telah banyak mendukung dan mepekerjakan begitu banyak pembantu diseluruh Indonnesia. Namun bagaimana dengan kenaikan BBM ini?. Banyak sikap yang bermunculan yaitu sikap ibu-ibu rumah tangga terhadap pembantu-pembantunya. Pembantu-pembantu ini berada diujung tombak keputusan apakah mereka harus dipekerjakan terus atau di-PHK oleh majikan mereka.

Kalau memang harus di-PHK maka kemalangan apakah yang akan menimpa mereka?. Pembantu diselaruh Indonesia kira-kira sudah lebih dari ribuan pembantu. Apakah pemerintah sudah mempersiapkan subsidi buat mereka?. Itu hanya sector informal rumah tangga saja belum lagi usaha-usaha kecil, menenggah dan berskala besar yang dalam proses kerjanya membutuhkan bahan bakar minyak juga usaha-usaha lainnya.

Setiap pengambilan keputusan tidak hanya hitungan diatas kertas atau matematis saja atau untung rugi dalam menjaga dan meloloskan modal asing tetapi semestinya memperhatikan dampak dari kehidupan social masyarakat. Ibarat kepala keluarga memperhatikan istri anaknya bukan meloloskan kepentingan istri selingkuhnya yaitu kepentingan Negara-negara pemegang modal kapitalis. Jadi dampak apa yang akan dialami oleh masyarakatnya adalah harus menjadi pertimbangan wajib dan mendasari pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan.

Ada tiga cara antisipasi yang perlu dilakukan ibu rumah tangga membantu dan menutupi kebijakan bobrok pemerintah adalah, pertama Ibu rumah tangga dapat memahami dan mempertimbangkan kondisi pembantu sehingga mampu bekerja sama dengan baik untuk tetap mempekerjakan pembantu dan baby siternya. Kedua, ibu-ibu yang sudah bekerja sebagai wanita karir tetap kerja dan memberikan kesempatan pembantu ataupun baby siter untuk tetap bekerja dirumah. Ketiga, Pembantu-pembantu perlu diperdayakan ke jenjang yang lebih baik. Misalnya memperdayakan pembantu dengan memberikan kursus-kursus, menyopir, jahit dan keterampilan lainnya sehingga ketika dia keluar sudah siap mandiri untuk bekerja sendiri. Sehingga menciptakan pribadi-pribadi mandiri yang merdeka ketika mengalami atau menghadapi kenaikan-kenaikan BBM dan masalah-masalah akibat kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepentingan social masyarakat kecil itu.

Penguasa-penguasa pengambil kebijakan Negara ini telah membuat social kehidupan masyarakat ekonomi semakin rusak dan ambur adul. Semestinya mereka harus menciptakan tatanan kehidupan social yang lebih teratur, terarah dan bermartabat. Kepentingan kapitalis dan mentalitas bobrok tidak berpengetahuan para pejabat negri ini telah memperkosa rakyatnya sampai menderita dan mengusurnya di dekat ambang maut

ellya alexander tebay
Penulis adalah pemerhati dinamika kehidupan seni, sosial budaya dan pariwisata.


MENGEMBANGKAN PARIWISATA PAPUA BERBASIS BUDAYA LOKAL, KAPAN?

SEKILAS PARIWISATA BALI

Rutinitas menjadi tempat yang paling membosankan sedunia, sehingga tidak sedikit orang yang memilih untuk menyegarkan kembali dengan jalan refreshing ketempat yang bisa memberikan kelegahan, kenyamanan dan melepaskan semua kepenatan yang pernah terendap selama kesibukan. Wadah yang baik untuk merangkul melepaskan semua kepenatan itu adalah bertamasya ke tempat pariwisata. Karena tanpa berwisata akan membuat orang bosan dalam rutinitas lalu stress.

Salah satu contoh yang bisa diambil adalah pariwisata di Pulau Bali. Bali menjadi pusat pariwisata di Indonesia bahkan salah satu tempat berwisata yang paling terkenal dan menyenangkan di dunia. Seni dan Kebudayaan orang-orang Bali yang begitu kreatif menciptakan sesuatu seperti seni lukis, patung, arsiterktur rumah dan souvenir dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di alam menjadi sesuatu yang indah untuk dipandang sebagai kepuasan bathin. Begitupun keindahan alam seperti pantai, gunung, dan trasering sawahnya menjadi pusat obyek wisata berbasis lokalitas masyarakat di Bali.

Hasil karya kreatif yang diciptakan orang-orang Bali telah menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan mancanegara setiap saat maupun musim liburan untuk berekreasi menghilangkan semua pikiran sumpek dan kecapean yang akan mengakibatkan stress yang akhirnya bisa bunuh diri.

Bila ditilik dari volume kunjungan wisata yang ada dipulau Bali tidak hanya wisatawan manca negara saja yang datang berkunjung kesana, tetapi wiasatawan domestik maupun wisatawan lokal bali itu sendiri ke obyek-obyek wisata tersebut. Kunjungan wisatawan dari berbagai kalangan menjadi devisa bagi masyarakat lokal setempat sehingga mengangkat ekonomi masyarakat lokal.

Itu adalah sekilas tentang pariwisata bali yang pernah saya saksikan sendiri bagaimana dinamika perkembangan pariwisatanya. Dan ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai contoh dan tempat studi banding bagi pengembangan dan pembangunan pariwisata disetiap daerah lain yang masih dalam tahap awal pengembangan pariwisata.

POTENSI PARIWISATA PAPUA

Hingga ternyata pariwisata menjadi pilar terwujudnya kesejahtraan masyarakat, karena dengan pariwisata setiap orang akan bisa mengembangkan potensi dirinya untuk di tunjukkan dan disuguhkan menjadi objek wisata yang dapat di nikmati wisatawan. Disana akan kita temukan bagaimana setiap orang bertarung dengan talentanya, kemampuannya yang dikaruniakan Tuhan. Setiap orang yang bisa buat noken, panah hias maupun panah asli, melukis, mematung, menulis, bertani, beternak, berbahasa asing, menyanyi, handicraft, souvenir dan berbagai kemamampuan lain dan kebisaannya bisa dikembangkan di dunia pariwisata sebagai lahan mata pencarian hidup.

Kenapa kita tidak membangun wisata lokal papua yang mantap yang berkonsentrasi pada wisata seni budaya dan keindahan alam Papua. Orang papua kaya dengan Talenta budaya seninya, kaya dengan alamnya, kaya dengan berbagai kreatifitasnya tetapi mengapa semua kemampua itu tidak diperlihatkan, dikembangkan dan diekplorasi tetapi hanya tersembunyi. Budaya seni dan eksotik alam Papua hanya dieksploitasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Wisata lokal merupakan salah satu pilar bagi terwujudnya kesejahtaraan daerah, karena kegiatan tersebut dapat memeratakan pendapatan ke berbagai kawasan di seluruh wilayah di tempat pariwisata itu berada, "Jadi bukan hanya pelancong asing, luar pulau/ daerah saja yang menguntungkan, daerah pun berperan besar dalam memutar roda perekonomian. Wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara itu otomatis akan berdatangan ketika wisata lokal dikemas menjadi produk wisata utuh yang dapat suguhkan dan dinikmatinya. Untuk itu pemerintah daerah yang bergerak dibidang Dinas Pariwisata harus mendorong dan melakukan kerja-kerja nyata dalam mengembangan pariwisata yang berbasis kerakyatan (community based tourism development).

Setiap iven seni budaya yang selalu di adakan di Papua setiap tahun ataupun kegiatan-kegiatan yang sering diselenggarakan diberbagai wilyah di papua pada hari-hari tertentu semestinya harus di kemas menjadi satau kemasan produk industri wisata. Disinilah peran stakeholder terkait, termasuk Pemerintah Daerah dalam hal ini Dewan Kesenian, Dinas Pariwisata harus memperhatikannya tidakl hanya pangku tangan makan uang saja
tanpa membangun wisata dan seni budaya lokal

PROMOSI PARIWISATA PAPUA

Dalam pengembangan pariwisata tidak kalah penting yang harus dilakukan adalah promosi. Promosi pariwisata Papua yang masih minim, menyebabkan pariwisata belum tergarap maksimal. Padahal, sektor ini dapat menjadi penyumbang utama devisa daerah. Oleh karena itu, pariwisata harus didorong dan dipromosikan agar tergarap maksimal diberbagai sektor yang bisa di jadikan obyek dan industri pariwisata.

Promosi melalui pertukaran seni budaya harus ditingkatkan agar semakin banyak dikenal masyarakat di daerah lain di Indonesia dan negara lain. Penyebaran informasi tentang pariwisata Papua pun harus dilakukan intensif dan kontinyu, dengan kerjasama merangkul masyarakat yang berkompoten di bidangnya masing dan pemuda-pemuda berbakat yang mengangur tanpa kerjaan. Dengan demukian maka semua masyarakat harus menyadari pentingnya pariwisata dan kemampuannya menyejahterakan masyarakat. Jika hal tersebut sudah terbangun, maka pariwisata akan berjalan baik.


Oleh: Ellya Alexander Tebay S.Sn.
Penulis adalah pemerhati seni budaya dan pariwisata Papua



Selasa, 06 Januari 2009

SIAPAKAH? Pemegang Kuasa dan Kendali Rakyat Nabire Esok.

Rakyat wae…kopu kuasa mau ko kasih dan percayakan ke tangan siapa?. Karena kepada siapa ko kasih, dia yang akan mengendalikan ko.

Mempersiapkan diri adalah penting sekali dalam segala hal sebelum menghadapi segala sesuatunya, tepatnya sedia payung sebelum hujan. Kondisi itulah yang sedang di alami Kabupaten Nabire, dimana setiap kandidat yang akan menjadi bakal calon bupati mulai mempersiapkan diri. Karena akan melewati tahapan proses yang panjang dalam pemilihan siapa yang akan memimpin dan memegang kuasa rakyat atas kabupaten Nabire kedepan setelah A.P. You dengan masa jabatan kepemimpinannya berakhir.


Kepemimpinan menjadi persoalan penting yang harus dibicarakan secara serius dengan pemikiran yang kritis dari semua kalangan. Karena mereka yang akan memimpin masyarakat yang begitu banyak dari berbagai kalangan. Baik buruknya rakyat, tergantung dari kepemimpinan seorang pemimpin. Setiap keputusan, pilihan dan jalan yang di ambil dan ditempuh seorang pemimpin, di situlah rakyatnya akan mengikutinya. Pemimpin adalah Nahkoda sebuah kabupaten selayaknya Nakhoda kapal.
Setiap kandidat memiliki masa pendukung dan memiliki perahu partai. Maka dalam kompetisi ini, semua kekuatan akan dikerakkan untuk memperjuangkan dan menjagokan kandidatnya masing-masing. Peluang terjadinya ego dalam mempertahankan diri dan dari para pendukungnya mulai sekarang harus diantisipasi dari semua pihak. Setiap calon bupati harus maju dengan jiwa besar. Yang berjiwa kerdil, untuk sementara waktu harus menahan diri untuk mempersiapkan di periode yang akan datang. Karena egosentrisme bisa mengakibatkan hal yang tidak di inginkan bersama.
Seorang bakal calon pemimpin harus bisa menguasai diri dan bisa mengendalikan diri sebelum menjadi pemimpin. Mengapa demikian?. Rakyat yang begitu banyak punya kuasa, akan dipercayakan kepada pemimpin yang akan terpilih untuk dikendalikan olehnya. Lalu bagaimana bila pemimpin yang terpilih tidak bisa menguasai diri?. Itu persoalan yang harus dipahami oleh rakyat, lebih khusus lagi rakyat kecil yang kuasa mereka akan diserahkan kepada siapa yang akan mereka pilih sebagai pemegang kuasa kepemimpinan atas mereka.
Kuasa itu ibarat tali yang mengikat rakyat. Maka tali pengikat rakyat itu akan kita serahkan ke tangan siapa?. Karena nyawah rakyat ada di tangannya, artinya dalam genggaman dan dalam kendalinya. Bila kuasa kendali ada di tangan orang yang kita serahkan kuasa itu untuk menguasai dan memimpin rakyatnya, maka ia yang mengendalikan jalan hidup rakyatnya. Mati atau hidup, menderita atau kehidupan yang layak, lapar atau kenyang, sakit atau sehat, daerah nabire menjadi tempat judi, pelacuran atau tempat beredarnya MIRAS semua tergantung pemimpin yang dipilih. Karena kuasa untuk mengatur rakyat dan daerah yang kita tempati sudah akan kita serahkan ke tangan kendalinya melalui pemilihan langsung nanti.
Menyimak penjelasan di atas terlihat jelas, bila pemimpinnya diktaktor maka rakyat sedang memilih dan menyetujui untuk dipimpin dengan diktaktornya, bila pemimpin itu pembunuh maka rakyat sedang menglegitimasinya melalui pemilihan untuk dia yang membunuhnya tetapi pemimpin yang masyarakat pilih itu suka memperkosa rakyat maka rakyatnya sedang menyetujuinya untuk rakyat diperkosa olehnya. Kenapa demikian?, karena kuasa dan kendali rakyat sudah di serahkan melalui pemilihan dan penentuan siapa yang akan memimpin kita selama lima tahun ke depan. Jadi selama lima tahun hidup rakyat apakah makmur, sejahtera, aman dan damai atau mungkin sebaliknya terganntung pemimpin rakyat itu.
Rakyat harus waspada dan dengan jeli memahami kriteria yang jelas tentang pemimpin yang benar, yang terbukti kinerjanya selama ini untuk dipilih. Karena bila salah memilih maka rakyat bisa masuk dalam perangkap kekuasaannya. Karena kekuasaannya adalah jerat bagi rakyat.
Bila memperhatikan fakta kebanyakan pemimpin selama ini dengan gembar-gembor mengkompanyekan program yang menjadi kebutuhan mendesak rakyat dan atas nama rakyat dan dari rakyat menjadi pemimpin. Tetapi apakah selama ini pengaruh dari hasil kompanye benar-benar tersentuh dan dirasakan sampai ke rakyat jelata. Yang selama ini terjadi adalah oleh kepentingan sendiri lalu bertindak demi dan atas nama rakyat, yang akhirnya menjadi korban adalah rakyatnya yang tidak tahu apa-apa.
Maka setiap hukum serta aturan yang dibuat hanya perpanjangan tangan kekuasaannya untuk menggorok dan menjerat rakyatnya. Hati-hati dengan peraturan yang dibuat yang seolah kepentingan umum untuk ditaati namun tersembunyi jebakan yang memasukkan kedalam perangkap untuk membuat rakyatnya hidup dalam penderitaan.
Menyikapi persoalan kepemimpinan di Nabire ke depan, Derek Tekege S.Sos menyampaikan dalam pertemuan sebuah diskusi bahwa, ” kita jangan takut dengan masa depan pemimpin kita di Nabire, Tuhan Yang Mahakuasa sudah mengatur dan menentukan masa dan saat waktunya siapa yang akan menjadi pemimpin. Yang menjadi tugas kita umat manusia adalah persiapkan diri kita yang mau jadi pemimpin dengan kemampuan bekal rohani, mentalitas, pengetahuan, kemampuan kita bekerja. Dengan semua itu bisa mempengaruhi orang lain, karena itu semua yang dapat dinilai manusia, tetapi Tuhan menilai hati seseorang. Jadi manusia bisa meneyediakan beberapa bakal calon atau kandidat bupati dan memperjuangkannya serta menduga-duga siapa yang akan menjadi bupati, tetapi yang mengambil keputusan untuk menentukan dan terpilih itu adalah urusan Tuhan. Maka bila satu orang yang terpilih itu, maju jadi pemimpin maka yang lain harus mendukung dengan jiwa besar, jangan menjatuhkan”. Ungkapnya. Lalu beberapa selang waktu kemudian Derek Tekege S.Sos juga menghimbau bahwa, ” kita harus memiliki pemimpin yang takut akan Tuhan dan penuh dengan belas kasihan yang benar-benar bekerja untuk rakyat selama ini sebagai bukti dengan pelayanan terhadap masyarakat yang optimal”. Jelasnya dengan nada serius.
Pemimpin seperti diatas dengan kuasa rakyat yang di milikinya akan berkuasa dan memegang kendali rakyat dalam kehendak dan di bawah wibawah dan otoritas takut akan Tuhan. Tanpa adanya takut akan Tuhan dalam hati maka sikap dan perilaku akan membahayakan, dimana akan terjadi berbagai manipulasi yang mengatasnamakan rakyat namun implementasinya bukan berujung pada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan rakyat tetapi masuk dalam kebutuhan perutnya dan kepentingannya sendiri.
Dalam pertemuan lain Derek Tekege S.Sos menyampaikan bahwa,” supaya tidak terjadi kesimpangsiuran kepemimpinan maka ada beberapa syarat yang harus di perhatikan oleh setiap calon yang sedang mempersiapkan diri, yaitu pertama ia bisa melanjutkan beberapa program pembangunan Gerban Nun Biru yang memang bagus terbukti sukses dalam pembangunannya. Kedua, yang masih bekerja aktif dengan setia dari dulu sampai sekarang di kabupaten nabire karena ia yang tahu keadaan dan kondisi Nabire. Ketiga, yang mau meninggalkan nama baik kepada anak-anaknya, keluarganya dan generasi penerusnya juga rakyatnya. Bukan meninggalkan harta, mobil yang mewah, rumah mewah dan tanah yang banyak, itu semua akan nyengat dan karat tidak bertahan lama kerena hasil rampok dengan kuasa posisi, padahal itu miliki rakyat. Tetapi nama baik karena kebaikan yang dibuat akan diwariskan dan dikenang selamanya. Keempat, pemimpin yang mau habis-habisan bangun Nabire dan habiskan sisa hidupnya di Nabire. Kelima, memiliki wawasan luas yaitu wawasan nasionalisme Papua dan nasionalime keindonesiaan bukan kedaerahan, kesukuan yang kolot. Supaya mampu memimpin dengan kepentingan rakyat banyak bukan atas kepentingan segelincir orang yang memanfaatkan nama rakyat ” . Papar bapak tiga orang anak yang kesehariannya bekerja di kantor BAPEDA, namun sekarang lagi sedang melanjutkan studi tugas belajar untuk ambil masternya salah satu Universitas di Jakarta.
Demikian pentingnya pemimpin itu maka diharapkan kepada semua komponen masyarakat untuk menentukan pilihan yang tepat, kalau bisa sebelum memilih berdoa terlebih duhulu, supaya dengan hati yang tenang, dengan pasti dan dengan petunjuk yang Mahakuasa bisa memilihnya dengan keyakinan yang mantap. Jadi Rakyat wae…kopu kuasa mau ko kasih ke tangan siapa?. Karena kepada siapa ko kasih, dia yang akan mengendalikan ko.

ellya alexander tebay

Penulis adalah pengamat seni kehidupan.


Template by : kendhin x-template.blogspot.com